Oleh: Pravissi Shanti, M.Psi. (Psikolog, Dosen UNM)
Beberapa waktu yang lalu, adaseorang Bunda yang datang berkonsultasi mengenai anaknya yang suka melamun. Kebiasaan melamun ini tampaknya sudah cukup mengganggu, karena saat pembagian rapor, guru Ananda menceritakan bahwa Ananda sering melamun di kelas dan berakibat pada turunnya performa akademik Ananda.
Sebenarnya, kebiasaan melamun itu baik atau buruk ya, Bunda? Secara psikologis, melamun merupakan bagian dari perkembangan Ananda, yaitu terkait perkembangan kognitifnya. Anak yang melamun menunjukkan perkembangan positif pada kemampuan berimajinasi. Jadi, sebenarnya melamun ini merupakan hal yang positif. Ananda yang suka melamun memiliki kemampuan imajinasi yang tinggi, yang terkait dengan kemampuan problem solving dan kemampuan berpikir abstrak. Hanya saja, apabila kegiatan melamun ini dilakukan secara berlebihan, tentunya akan berimbas pula pada perkembangan anak lainnya.
Lalu, apa yang harus dilakukan saat anak melamun?
Pertama, pahami terlebih dahulu bahwa melamun merupakan hal yang wajar, terutama saat anak memasuki usia 7 tahun ke atas. Semakin mendekati usia remaja, frekuensi melamun biasanya mengalami peningkatan. Hal ini terutama terjadi pada anak perempuan. Penyebabnya adalah anak perempuan yang memasuki usia pubertas cenderung lebih banyak melakukan aktifitas di dalam ruangan, karena adanya perkembangan fisik yang membuat anak perempuan semakin enggan untuk melakukan permainan atau kegiatan fisik di luar ruangan.
Kedua, ajak anak untuk mengobroldan menceritakan apa yang dia lamunkan. Dengan demikian, Bunda memiliki gambaran terkait hal-hal yang dipikirkan oleh Ananda. Apakah hal itu termasuk hal yang mengganggu secara emosional, misalnya dia melamunkan hal lain yang lebih ringan seperti mainan, jalan cerita film kartun yang dia lihat, dan lain sebagainya.
Ketiga, apabila frekuensi melamun ini dirasa cukup mengganggu, berikanlah Ananda kesibukan. Ada kalanya melamun dilakukan karena anak merasa jenuh dan bosan. Cari tahu hal-hal apa saja yang menarik minat Ananda, dan ajaklah Ananda melakukan kegiatan lain untuk mengalihkan perhatiannya.
Keempat, ajaklah Ananda memahami kenapa kegiatan melamunini boleh dilakukan, tetapi tidak sampai mengganggu aktifitas lain, misalnya di sekolah.
Sumber: Majalah Hadila, Edisi 128, Februari 2018 hal. 21
No comments:
Post a Comment