Cari Artikel

Saturday, January 26, 2019

Apa Yang Perlu Dihafal Anak - Anak Kita?

Every child is genius. Setiap anak terlahir jenius. Anak yang memiliki kemampuan akal yang masih murni dan belum terbebani banyak pikiran. Usia kanak-kanak sering disebut sebagai golden age, usia emas, karena pada usia tersebut kemampuan menghafal anak lebih tinggi daripada orang dewasa. Apa yang dipelajari dan dihafal anak di waktu kecil juga akan membekas hingga ia dewasa. Kita ingat kisah Nabi Yusuf alaihissalam, beliau terpisah dari ayahnya sejak kecil ketika dimasukkan sumur oleh kakak-kakaknya. Namun, pelajaran iman dari sang ayah masih membekas hingga kelak beliau dewasa dan mendapat godaan dari seorang wanita bangsawan.

Kalau kita perhatikan mayoritas anak-anak kaum muslimin hari ini, rata-rata anak senang mendendangkan lagu, meniru iklan, dan menghafal nama-nama artis. Hanya sedikit dari mereka yang menggunakan potensi akalnya untuk sesuatu yang bermanfaat. Disinilah peran orangtua untuk mengarahkan dan membimbing anak-anaknya. Sebab, anak pada usia dini belum dapat menentukan apa yang baik (berguna) dan yang buruk (tidak berguna) bagi dirinya. 

Lantas, Apa Yang Perlu Kita Ajarkan Agar Dihafal Oleh Anak-Anak Kita?

1. Alquran
Rasulullah bersabda, "Barangsiapa membaca al-Qur'an, mengajarkannya, dan mengamalkannya maka pada hari kiamat akan dikenakan kepadanya mahkota yang terbuat dari cahaya. Sinarnya laksana sinar matahari. Orangtuanya akan diberi pakaian dari dua perhiasan yang tidak ada di dunia ini. Kedua orangtuanya bertanya, 'Sebab apa kami diberi pakaian ini?' Dijawab, 'Karena anak-anak kalian telah mengambil al-Qur'an'." (HR. Hakim)

Para sahabat dan orang-orang shalih terdahulu telah menghafal al-Qur'an sejak mereka masih kecil. Ibnu Abbas, seorang sahabat senior pernah menuturkan, "Rasulullah wafat sedangkan aku baru berusia 10 tahun. Aku telah membaca al-Qur'an".

Mush'ab bin Saad bin Abi Waqqash berkata, "Ketika ayahku mendengar hadits Rasulullah, 'Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur'an dan mengajarkannya'." (HR. Ahmad). Ayahku mendudukkanku di hadapannya dan berkata, 'Mush'ab, bacalah al-Qur'an yang telah kamu hafal'."

Imam Asy-Syafii menuturkan, "Aku hafal al-Qur'an ketika usiaku tujuh tahun."

Sahl bin Abdulla at-tastari mengatakan, "Aku belajar al-Qur'an dan telah menghafalnya ketika usiaku enam atau tujuh tahun".

Seorang hakim yang berwibawa, Isa bin Miskin, setiap ba'da Ashar memanggil dua putrinya dan keponakannya untuk menghafal al-Qur'an.

2. Hadits
Orangtua dan guru hendaknya memilihkan hadits-hadits shahih yang pendek dan memiliki makna yang mudah dan selaras dengan masa kanak-kanak. Hasan bin Ali bin Abi Thalib pernah ditanya, "Apa yang telah engkau hafal dari Rasulullah?" Ia menjawab, "Aku hafal dari beliau:

"Tinggalkanlah apa yang meragukanmu untuk beralih kepada yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan sedangkan kedustaan adalah keragu-raguan." (HR. Tirmidzi)

3. Do'a dan Dzikir
Orangtua perlu mengajarkan doa dan dzikir terkait dengan amal keseharian sang anak untuk mereka hafalkan. Misalnya doa makan, doa masuk WC, doa ketika hendak tidur dan bangun tidur, doa naik kendaraan, bacaan shalat, dan doa-doa penting lainnya. 

Diantara cara yang paling efektif adalah memberikan teladan sehingga anak melihat dan mendengar langsung orang dewasa melafalkannya di waktu-waktu tertentu secara terus menerus.

Doa yang diajarkan oleh Rasulullah kepada Ibnu Abbas kecil ketika hendak makan, "Samillah, ucapkanlah basmallah..." terus terngiang di telinga Ibnu Abbas hingga ia tak pernah meninggalkan pesan tersebut. 

Bagi para orangtua, anak adalah amanah. Kelak kita akan ditanya perihal mereka di hari Kiamat. Bila kita mendidik mereka untuk menjadi baik maka ia akan menjadi penyokong amal kebaikan kita hingga kita tiada. Rasulullah bersabda bahwa bila seorang meninggal, terputuslah amalnya kecuali tiga hal, diantaranya anak shalih yang mendoakannya. Wallahu a'lam.

Sumber: Majalah Ar-Risalah, Edisi 189, Maret 2017, hal. 52-53

No comments:

Post a Comment