Cari Artikel

Wednesday, February 6, 2019

Pendidikan Agama dalam Keluarga

Oleh : Bustami, M.Pd. (Dosen Pendidikan Agama Islam)

Dalam Islam penyemaian dan penanaman benih rasa beragama dimulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan doa kepada Allah Ta’ala sampai kepada pengharapan, agar janinnya kelak lahir dan dan tumbuh menjadi anak yang shaleh/ shalihah.

Begitu anak lahir, dibisikkan ketelinganya kalimat adzan dan iqamah, dengan harapan kalimat-kalimat thayyibah merupakan kalimat pertama yang diterimanya, kemudian seruan adzan berulang kali di dengarnya setiap waktu shalat tiba. Kata-kata thayyibah dan kata-kata  lainnya yang berisikan jiwa agama, akan sering didengar oleh ananda melalui orang tuanya terutama ibunya, waktu disusukan, dimandikan, ditidurkan dan diganti pakaian oleh ibunya. Ia mendengar kalimat thayyibah ketika sedang memperoleh kebutuhan pokoknya, tentunya pengalaman seperti ini akan ia dapatkan secara terus menerus disetiap harinya sehingga pengalaman ini juga akan memberikan dampak positif yang menyuburkan rasa agama didalam jiwa anak dan akan tetap hidup didalam jiwanya. Jika ia melihat bapak/ibunya shalat, ia pun menyerap apa yang dilihatnya itu, lebih-lebih lagi jika disertai dengan kata-kata yang bernafaskan agama.

Setelah ananda dapat berjalan pada umur setahun bahkan lebih, barangkali anak akan mulai meniru ibu dan bapaknya shalat, berdoa dan mengucapkan kata-kata yang ditirunya. Segera pula bagi ibu yang mengerti untuk membuatkannya mukena (sarung kecil untuk anak perempuan), sarung dan peci untuk anak laki-laki. Ananda pun ikut shalat berjamaah sesuai dengan kemampuannya. Kegembiraan akan terpancar dari raut wajah ananda, apabila ia ikut sahalat bersama ibu dan bapaknya dengan memakai pakaian shalat yang dibuatkan oleh ibunya. Ia pun diajak pergi ke masjid oleh orang tuanya dan duduk  pada shaf bersama orang tuanya. Pengalaman itu semua merupakan pendidikan agama yang paling mendasar dalam jiwa ananda.

Agama bukan hanya ibadah saja. Agama mengatur seluruh aspek kehidupan. Semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, disamping latihan dan pembiasaan tentang agama perlu dilaksanakan sejak anak masih kecil, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan pembiasaan keagamaan waktu kecilnya, ia akan besar acuh tak acuh terhadap agama bahkan anti terhadap agama.

Fitrah kebertuhanan telah ada sejak anak berada di dalam kandungan, ketika anak sudah lahir ke dunia, fitrah tersebut semakin kuat dan anak pun semakin tahu tentang Tuhan melalui ucapan orang tuanya dan akan dibawanya sampai ia dewasa. Oleh karena itu orang tua harus hati-hati menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan atau pokok-pokok keimanan lainya, jika orang tua salah menjawab atau menjelaskannya, maka konsep agama yang salah itu akan tumbuh dan berkembang dalam jiwa anak nantinya.

Dalam memperkenalkan sifat-sifat Allah Ta’ala kepada anak hendaklah didahulukan sifat-sifat Allah yang mendekatkan hatinya kepada Allah, misalnya Maha Penyayang, Maha Pengasih, Maha Pemurah, Maha Adil dan sebagainya pada umur anak yang belum mencapai 12 tahun.

Perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya, akan mempengaruhi keyakinan keberagamaannya dikemudian hari. Apabila ia merasa disayang dan diperlakukan adil maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika yang terjadi sebaliknya, maka ia akan menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin ia tidak akan mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, anti terhadap agama bahkan sampai kepada penolakan terhadap agama.

Tidak semua orang tua terutama ibu, mampu mengajarkan dan memahamkan agama kepada anak-anaknya. Tugas pemberian pelajaran dan pengetahuan tentang agama yang lebih luas dan beragam adalah guru agama disekolahnya. Tetapi, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan agama pada anak disekolah bukan hanya guru agama. Guru lainnya atau pegawai yang ada hubungannya dengan anak, akan memberikan pengaruh kepada anak. Begitu juga iklim yang terdapat disekolah. Semakin kecil umur si anak, semakin besar pengaruh guru terhadap anak.

Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa kemudahan hidup, baik handphone canggih yang terkoneksi dengaan jaringan internet sehingga bisa menjadi tontonan maupun televisi yang merambah masuk kerumah-rumah diseluruh plosok tanah air mulai dari kota sampai ke desa, maka apapun yang ditayangkan oleh alat-alat canggih tersebut dapat disaksikan oleh anak-anak yang masih dibawah umur bahkan kadang-kadang bayi pun ikut menyaksikannya. Sungguh besar pengaruh kecanggihan teknologi tersebut dalam pembentukan keperibadian anak. Si anak akan menyerap apa yang disaksikannya lewat layar kaca yang ada dirumahnya, matanya melihat dan menangkap apa yang ditayangkan dan telinganya mendengar sekaligus menyerap apa yang diucapkan oleh pemeran-pemeran dalam tontonan tersebut. Semuanya itu akan terserap oleh anak dan menjadi unsur-unsur di dalam pribadinya yang sedang dalam proses pertumbuhan, dalam hal ini orang tua harus bijak, dan mampu menyaring, mengawasi, dan mengontrol mana yang bisa memberikan pengaruh positif dan mana yang dapat memberikan pengaruh negatif bagi Si Anak.

Semoga kita semua sebagai orang tua saat ini benar-benar dalam memberikan pendidikan keagamaan kepada anak, jika kita salah dalam mendidiknya, maka bahayanya tidak menimpa ia saja, akan tetapi akan mengenai banyak orang, masyarakat bahkan akan berpengaruh terhadap generasi berikutnya. 

Wallahu a'lam.

Pontianak, 20 Januari 2019 (Bustami)


No comments:

Post a Comment