Begitu banyak tantangan-tantangan yang kita
hadapi saat ini, seperti; orang – orang yang tidak lagi memiliki rasa malu
untuk menyampaikan kebohongan (berita HOAX), saling menjatuhkan demi sebuah
kedudukan dan perpolitikan, sehingga konsentrasi dalam penjagaan silaturrahmi
sesama tidak lagi diperhatikan. Tentu ini merupakan kemerosotan akhlak yang
senantiasa terus hadir diantara kita, yang tidak mungkin kita anggap
biasa-biasa saja dan memerlukan upaya-upaya untuk menghilangkannya dengan
pendekatan-pendekatan yang diajarkan dalam agama Islam.
Akhlak tidaklah seperti kekayaan materi yang pada titik tertentu kita
merasa cukup atau kita bisa menunjukanya kepada orang lain. Tapi akhlak lebih
berharga dan lebih bermakna dari sekadar kekayaan di dunia. Islam sebagai agama
rahmat dan kelembutan juga menuntut agar setiap pemeluknya memiliki akhlak yang
mulia. Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam kebaikan seorang muslim itu terdapat pada akhlaknya “ Rasulullah tidak
pernah berbuat keji dan tidak pula menyuruh berbuat keji, sesungguhnya
sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia ahlaknya”.
Akhlak merupakan dimensi yang begitu penting
terhadap diri/individu seseorang bahkan umat beragama, berbangsa dan bernegara.
Ketika pemimpin suatu negeri buruk akhlaknya bisa dipastikan rakyatnya ikutan
menjadi buruk, Rasulullah telah mencontohkan bagaimana sebuah negara dibangun
dari memperbaiki akhlak, bukan tidak mungkin apabila kita memulai dari diri
kita, keluarga kita sendiri, orang-orang akan mengikuti perangai ini.
Sejenak mari kita melihat kebelakang
sejarah umat ini, ketika akhlak mulia menjadi tumpuan utama dan dipegang erat
kejayaan akan didapatkan dengan mudah. Sebagaimana yang dialami pada masa kepemimpinan sahabat-sahabat mulia seperti; Abu
bakar Ash Shiddiq, Umar Ibnul Khatab, Utsman Bin Affan, dan Ali Ibnu Thalib
Radhiallahu anhum. Kemenangan demi kemenagan diraih kaum muslimin, wilayah dan kekuasaan pun semakin meluas dari ujung timur hingga ujung barat. Kemudian
kepemimpinan ini dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin berahlak mulia seperti;
Umar Bin Abdul Aziz, Harrun Ar Rasyid dan lain-lain.
Setelah era tersebut , kaum muslimin mulai
disibukkan dengan urusannya masing-masing, perselisihan dan perpecahan mulai
terjadi, maka hilanglah kekuatan mereka. Sedikit demi sedikit hingga wilayah
kekuasaan kaum muslimin semakin sempit. Pada akhir kekhilafaan dinasti
Abasyiah, mereka dikuasai oleh bangsa Tartar dan Andalusia, kemudian imperium
itu jatuh setelah rakyat dan para pemimpinnya rusak akhlaknya dan memperturutkan
hawa nafsu mereka terhadap dunia, tentu ini semua merupakan ancaman yang 1400
tahun yang lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan ‘’Tiga perkara
yang membinaskan adalah, pelit, memperturutkan hawa nafsu, dan bangga terhadap
diri sendiri” (HR Muslim).
Akhlak Alkarimah bukan hanya terbatas untuk
kaum muslimin saja, tapi berlaku untuk semua umat. Bangsa Romawi tidaklah
runtuh kecuali karena moral dan kelakuan mereka rusak. Runtuhnya Uni Soviet
karena morat-maritnya akhlak dan begitu besar ambisi terhadap materi duniawi.
Tidak dipungkiri, rusaknya moral dan rendahnya nilai keadilan serta kemanusiaan
di negara-negara barat menjadi indikasi akan runtuhnya hegemoni mereka sebentar
lagi.
Rasulullah membina para sahabat dengan
akhlak. Agama Islam bisa diterima dikalangan masyarakat jahiliyah tak lain
kerena kelembutan akhlak beliau, tidak ada yang beliau andalkan kecuali sifat
beliau yang lembut, jujur dan penuh kesopanan. Beliau pernah menjadi penengah
suku Aus dan Khazraj di Madinah. Allah menjadikan umat ini mulia bukan hanya
karena keimanan dan ketaatan mereka, akan tetapi karena akhlak dan kelembutan
yang dimiliki oleh tiap-tiap pemeluknya, Sebagaimana yang Allah katakan “kalian
adalah sebaik-baik umat yang Allah jadikan diantara umat lainnya. Kalian
menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar” Ma’ruf bermakna
setiap perilaku baik, adapun Mungkar adalah segala bentuk perilaku yang buruk,
sehingga akhlak adalah pondasi kokoh tiap muslim seharusnya yang dimiliki.
Bagi kita sebagai umat yang berharap
maghfirah dan ampunannya, hendaklah selalu menjaga dan memperhatikan akhlak
kita. Semoga dengan itu semua kemenangan dan kejayaan yang sudah lama kita
nantikan akan segera datang. Jangan sampai kita lengah sehingga kita tidak
beramal soleh dan berakhlak karima. Sebab hal yang kita anggap remeh, disitu ada
kebaikan yang merupakan akhlak muslim yang agung, sebagaimana apa yang katakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam "senyummu untuk saudaramu itu sedekah".
Kamu mengajak kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk itu sedekah. Kamu
menunjukan jalan pada orang yang tersesat itu sedekah, kamu menuntun orang buta
agar sampai pada tujuannya itu sedekah, kamu menyingkirkan batu, duri, dan
tulang dari jalan adalah sedekah, kamu menumpahkan air dari embermu ke ember
saudramu itu juga sedekah bagimu.”
Wallahu a'lam….(Pontianak 4, februari 2019
:Bustami)
No comments:
Post a Comment