Cari Artikel

Thursday, February 7, 2019

Bangkit dan Runtuhnya Suatu Negeri Karena Akhlak

Oleh: Bustami, M.Pd. (Dosen Pendidikan Agama Islam)

Begitu banyak tantangan-tantangan yang kita hadapi saat ini, seperti; orang – orang yang tidak lagi memiliki rasa malu untuk menyampaikan kebohongan (berita HOAX), saling menjatuhkan demi sebuah kedudukan dan perpolitikan, sehingga konsentrasi dalam penjagaan silaturrahmi sesama tidak lagi diperhatikan. Tentu ini merupakan kemerosotan akhlak yang senantiasa terus hadir diantara kita, yang tidak mungkin kita anggap biasa-biasa saja dan memerlukan upaya-upaya untuk menghilangkannya dengan pendekatan-pendekatan yang diajarkan dalam agama Islam.

Akhlak tidaklah seperti  kekayaan materi yang pada titik tertentu kita merasa cukup atau kita bisa menunjukanya kepada orang lain. Tapi akhlak lebih berharga dan lebih bermakna dari sekadar kekayaan di dunia. Islam sebagai agama rahmat dan kelembutan juga menuntut agar setiap pemeluknya memiliki akhlak yang mulia. Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kebaikan seorang muslim itu terdapat pada akhlaknya “ Rasulullah tidak pernah berbuat keji dan tidak pula menyuruh berbuat keji, sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia ahlaknya”.

Akhlak merupakan dimensi yang begitu penting terhadap diri/individu seseorang bahkan umat beragama, berbangsa dan bernegara. Ketika pemimpin suatu negeri buruk akhlaknya bisa dipastikan rakyatnya ikutan menjadi buruk, Rasulullah telah mencontohkan bagaimana sebuah negara dibangun dari memperbaiki akhlak, bukan tidak mungkin apabila kita memulai dari diri kita, keluarga kita sendiri, orang-orang akan mengikuti perangai ini.

Sejenak mari kita melihat kebelakang sejarah umat ini, ketika akhlak mulia menjadi tumpuan utama dan dipegang erat kejayaan akan didapatkan dengan mudah. Sebagaimana yang dialami pada masa  kepemimpinan sahabat-sahabat mulia seperti; Abu bakar Ash Shiddiq, Umar Ibnul Khatab, Utsman Bin Affan, dan Ali Ibnu Thalib Radhiallahu anhum. Kemenangan demi kemenagan diraih kaum muslimin, wilayah dan kekuasaan pun semakin meluas dari ujung timur hingga ujung barat. Kemudian kepemimpinan ini dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin berahlak mulia seperti; Umar Bin Abdul Aziz, Harrun Ar Rasyid dan lain-lain.

Setelah era tersebut , kaum muslimin mulai disibukkan dengan urusannya masing-masing, perselisihan dan perpecahan mulai terjadi, maka hilanglah kekuatan mereka. Sedikit demi sedikit hingga wilayah kekuasaan kaum muslimin semakin sempit. Pada akhir kekhilafaan dinasti Abasyiah, mereka dikuasai oleh bangsa Tartar dan Andalusia, kemudian imperium itu jatuh setelah rakyat dan para pemimpinnya rusak akhlaknya dan memperturutkan hawa nafsu mereka terhadap dunia, tentu ini semua merupakan ancaman yang 1400 tahun yang lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan ‘’Tiga perkara yang membinaskan adalah, pelit, memperturutkan hawa nafsu, dan bangga terhadap diri sendiri” (HR Muslim).

Akhlak Alkarimah bukan hanya terbatas untuk kaum muslimin saja, tapi berlaku untuk semua umat. Bangsa Romawi tidaklah runtuh kecuali karena moral dan kelakuan mereka rusak. Runtuhnya Uni Soviet karena morat-maritnya akhlak dan begitu besar ambisi terhadap materi duniawi. Tidak dipungkiri, rusaknya moral dan rendahnya nilai keadilan serta kemanusiaan di negara-negara barat menjadi indikasi akan runtuhnya hegemoni mereka sebentar lagi.

Rasulullah membina para sahabat dengan akhlak. Agama Islam bisa diterima dikalangan masyarakat jahiliyah tak lain kerena kelembutan akhlak beliau, tidak ada yang beliau andalkan kecuali sifat beliau yang lembut, jujur dan penuh kesopanan. Beliau pernah menjadi penengah suku Aus dan Khazraj di Madinah. Allah menjadikan umat ini mulia bukan hanya karena keimanan dan ketaatan mereka, akan tetapi karena akhlak dan kelembutan yang dimiliki oleh tiap-tiap pemeluknya, Sebagaimana yang Allah katakan “kalian adalah sebaik-baik umat yang Allah jadikan diantara umat lainnya. Kalian menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar” Ma’ruf bermakna setiap perilaku baik, adapun Mungkar adalah segala bentuk perilaku yang buruk, sehingga akhlak adalah pondasi kokoh tiap muslim seharusnya yang dimiliki.

Bagi kita sebagai umat yang berharap maghfirah dan ampunannya, hendaklah selalu menjaga dan memperhatikan akhlak kita. Semoga dengan itu semua kemenangan dan kejayaan yang sudah lama kita nantikan akan segera datang. Jangan sampai kita lengah sehingga kita tidak beramal soleh dan berakhlak karima. Sebab hal yang kita anggap remeh, disitu ada kebaikan yang merupakan akhlak muslim yang agung, sebagaimana apa yang katakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam "senyummu untuk saudaramu itu sedekah". Kamu mengajak kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk itu sedekah. Kamu menunjukan jalan pada orang yang tersesat itu sedekah, kamu menuntun orang buta agar sampai pada tujuannya itu sedekah, kamu menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan adalah sedekah, kamu menumpahkan air dari embermu ke ember saudramu itu juga sedekah bagimu.”

Wallahu a'lam….(Pontianak 4, februari 2019 :Bustami)

No comments:

Post a Comment