Beberapa kali kita sempat mendengar dan melihat kasus pelecehan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa siswa terhadap gurunya diberbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Parahnya, pelecehan tersebut banyak terjadi di lingkungan pendidikan itu sendiri. Lingkungan yang mana setiap kita berharap anak-anak yang kita titipkan disana akan menjadi "orang". Namun bagaikan bertepuk sebelah tangan, harapan tersebut tak benar-benar terjadi seperti yang diinginkan. Sungguh amat disayangkan dalam beberapa kasus lingkungan ini malah jadi ajang pembullyan terhadap guru-guru mereka. Sebut saja kasus yang terjadi di SMK di Kendal pada hari Kamis (8/11/2018). Walaupun Kepala Sekolah tersebut telah mengklarifikasi serta membantah adanya pemukulan dan hanya merupakan guyonan atau candaan siswa kepada gurunya. Kepala Sekolah juga telah memanggil para orangtua dari siswa yang terlibat di video pembullyan tersebut.
Beberapa siswa SMK di Kendal membully gurunya dengan alasan bercanda |
Dalam kasus ini Menteri Pendidikan, Bapak Muhajir Efendi juga memberikan komentar terkait peristiwa tersebut. Dalam sebuah wawancara, Menteri Pendidikan mengatakan hubungan antara guru dan siswa harus dijaga dengan baik. Bahkan ketika bercanda, Menteri Pendidikan mengatakan bahwa guru jangan sampai kehilangan wibawanya karena guru adalah teladan dan panutan bagi seluruh siswanya.
Bagai jamur di musim hujan. Kasus-kasus semacamnya terus terjadi seakan tiada solusi yang ditawarkan agar peristiwa pelecehan terhadap guru tidak terjadi lagi. Berikut beberapa kasus yang amat membuat hati kita teriris-iris:
1. Guru yang dibunuh oleh siswanya lantaran tidak terima pipinya dicoret tinta saat ia tertidur di kelas. Kejadian ini terjadi di SMA Negeri Torjun 1, Kabupaten Sampang, Jawa Timur.
Seorang guru musik yang dibunuh oleh siswanya |
2. Siswa SMP menantang Kepala Sekolahnya berkelahi.
Tidak tahu masalah apa yang terjadi, namun siswa ini terus menantang Kepala Sekolahnya sendiri untuk berkelahi |
3. Seorang bocah SD memaki dan memukul gurunya. Siswa ini diajak oleh gurunya ke ruang guru untuk dinasehati. Bukannya menurut, sang bocah malah memukul gurunya dan menyebut gurunya sendiri dengan "monyet"
sang bocah terus memukul dan memaki gurunya |
4. Foto siswi SMP yang berpose seolah-olah mengajak gurunya berkelahi.
Peristiwa-peristiwa yang menyayat hati diatas mengundang mantan Ketua MK, Prof. mahfud MD untuk berkomentar. Beliau mengatakan, "Orientasi
pendidikan kita supaya dikawal betul kearah pendidikan sebagaimana telah
tertuang dalam Pasal 31 UUD 1945 bahwa membangun sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara," Menurut pakar hukum tata negara
itu, perlunya penguatan akhlak dan budi pekerti untuk membentengi anak-anak
generasi muda. Peran orang tua, tokoh masyarakat, dan pondok pesantren, sangat
dibutuhkan dalam membangun mentalitas pendidikan sejak dini.
"Banyak
anak didik sekarang kurang menghormati kepada orang tua dan guru, ini tantangan
bagi kita kedepan, apalagi tergerusnya era globalisasi yang tergelincir dari
akar budaya bangsanya, sekarang ini perang proksi saling merusak mental
generasi bangsa," ujarnya.
Lantas, Apa sebenarnya masalah yang kita hadapi sehingga siswa-siswa kita menjadi kurang ajar terhadap gurunya sendiri dan bagaimana solusinya?
Menurut
Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah mengatakan bahwa
pendidikan itu bukan hanya memberikan ilmu secara mentah-mentah ke anak-anak,
melainkan juga mendidik untuk membangun karakter seorang anak menjadi lebih
baik. Dia menjelaskan, pendidikan yang dimaksud termasuk saling menghormati
antarmanusia.
"Pendidikan itu bukan hanya transfer of knowledge dan transfer of skill, bukan soal gimana kita berikan ilmu ke seseorang. Tapi yang paling penting sesuai dengan UU nasional kita adalah proses di mana kita bangun karakter dan peradaban bangsa. Karakter itu menghormati sesama Indonesia dan menghormati gurunya, gitu," papar Abdul.
"Pendidikan itu bukan hanya transfer of knowledge dan transfer of skill, bukan soal gimana kita berikan ilmu ke seseorang. Tapi yang paling penting sesuai dengan UU nasional kita adalah proses di mana kita bangun karakter dan peradaban bangsa. Karakter itu menghormati sesama Indonesia dan menghormati gurunya, gitu," papar Abdul.
Abdul
juga meminta pemerintah mengevaluasi sistem mengajar di Indonesia. Dia
menyarankan agar pemerintah menekankan tentang pendidikan karakter dan akhlak.
"Karena itu perlu ada kita evaluasi dari sistem pendidikan, di mana kita perlu menekankan aspek karakter dan pembangunan akhlak serta budaya dan peradaban utama," katanya.
"Karena itu perlu ada kita evaluasi dari sistem pendidikan, di mana kita perlu menekankan aspek karakter dan pembangunan akhlak serta budaya dan peradaban utama," katanya.
Diolah dari berbagai sumber.