Cari Artikel

Tuesday, December 31, 2019

Download Kalender 2020 Eksklusif SDIT Darul Ihsan Pontianak (EDISI REVISI)

Assalamu'alaikum

Penghujung akhir tahun 2019 pun telah tiba, nah bagi kamu yang belum memiliki kalender tahun 2020, silahkan download kalender eksklusif SDIT Darul Ihsan Pontianak dengan kualitas HD, GRATIS hanya dengan mengklik link download di bawah ini. Semoga bermanfaat. Barakallahufikum.

Wassalamu'alaikum



Admin: Sungai Rengas, 31 Desember 2019

Friday, March 22, 2019

Pintar Saja Tidak Cukup


Kira-kira apa yang akan ada di benak orang-orang saat ini ketika nama “Albert Einstein” disebut? Maka sebagian besar orang akan mengatakan “jenius”, “pintar”, “seorang ilmuan besar”. Bahkan tak sedikit foto  Albert Einstein dijadikan simbol “kejeniusan” manusia. Sebagian anak muda masa kini dengan bangga memasang foto Einstein di jaket-jaket mereka. Namun, apalah artinya jenius, jika dengan “Tuhan” saja ia tak kenal?? Bahkan dalam sebuah surat yang ia tulis sebelum kematiannya pada tahun 1954, ia menulis:

"Kata 'Tuhan' bagi saya tidak lebih dari ekspresi dan produk kelemahan manusia. Kitab suci adalah kumpulan legenda yang betapa pun mulia tetap masih primitif dan kekanak-kanakan"

Lihatlah pandangannya tentang “Tuhan”. Kejeniusannya tak serta merta membawa dirinya mengenal Tuhannya. Padahal siapakah yang mendirikan langit tanpa tiang? Siapakah yang menahan burung di angkasa? Siapakah yang menjadikan keteraturan planet dan bintang-bintang sehingga taka da satupun yang saling bertabrakan? Adakah itu semua tercipta dengan sendirinya?? Apakah 0 + 0 = 1?? Jawabannya TIDAK.

Adapun tentang langit, planet-planet dan alam semesta,  Allah berfirman:

“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia ciptakan keseimbangan” (Qs. Ar-Rahman: 7)

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Qs. Fathir: 41)

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,” (Q.S. al-Ra’d: 2)

Adapun tentang penciptaan alam semesta, Allah berfirman:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Surat Al-Anbiya: 30 – 33)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang menunjukkan bahwa Allah-lah satu-satunya Pencipta dan Pengatur seluruh kehidupan di alam semesta. Taka da satu benda pun yang luput dari pandangan-Nya. Bahkan gugurnya sehelai dauh dari dahannya adalah ketentuan yang telah Dia tuliskan di kitab Lauh Mahfudz.

Jadi, Masihkah kita membanggakan seorang atheis (orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan) seperti Albert Einstein dan lainnya?? Padahal jika kita dalami al-Qur’an dengan serius dan sungguh-sungguh, maka akan kita dapati seluruh ilmu pengetahuan dan teori-teori yang mereka kemukakan saat ini, kesemuanya telah Allah jelaskan dan paparkan jauh 1400 tahun yang lalu di dalam al-Qur’an melalui lisan Rasul yang Agung Muhammad .

So, pintar saja tak cukup jika tidak beriman kepada Allah , Rabbul ‘Alamin.
Wallahu a’lam

Biografi Abu Bakr Ash-Shiddiq

Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi – radhiyallahu`anhu. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Abu Bakar adalah shahabat Rasulullah – shalallahu`alaihi was salam – yang telah menemani Rasulullah sejak awal diutusnya beliau sebagai Rasul, beliau termasuk orang yang awal masuk Islam. Abu Bakar memiliki julukan “ash-Shiddiq” dan “Atiq”.

Ada yang berkata bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-Shiddiq” karena ketika terjadi peristiwa isra` mi`raj, orang-orang mendustakan kejadian tersebut, sedangkan Abu Bakar langsung membenarkan.
Allah telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-Qur`an, yaitu dalam firman-Nya : “…sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40)

`Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan : “Abu Bakar-lah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.

Allah juga berfirman : “Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (az-Zumar : 33)

Al-Imam adz-Dzahabi setelah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau meriwayatkan bahwa Ja`far Shadiq berujar :”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang datang dengan membawa kebenaran adalah Rasulullah, sedangkan yang membenarkannya adalah Abu Bakar. Masih adakah keistimeaan yang melebihi keistimeaannya di tengah-tengah para Shahabat?”

Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwaRasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya “Siapa manusia yang paling engkau cintai?” beliau bersabda :”Aisyah” aku berkata : “kalau dari lelaki?” beliau menjawab : “ayahnya (Abu Bakar)” aku berkata : “lalu siapa?” beliau menjawab: “Umar” lalu menyebutkan beberapa orang lelaki.” (HR.Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa`id radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah duduk di mimbar, lalu bersabda :”Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya” lalu Abu bakar menangis dan menangis, lalu berkata :”ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu” Abu Sa`id berkata : “yang dimaksud hamba tersebut adalah Rasulullah, dan Abu Bakar adalah orang yang paling tahu diantara kami” Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling banyak memberikan perlindungan kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abu Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada tambahan : “selain rabb-ku”), niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup, melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka).”(HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata `kamu adalah pendusta’. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku). Dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan aku (dengan meninggalkan) shahabatku?” Rasulullah mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu Abu bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin).(HR. Bukhari)

Masa Kekhalifahan

Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu`anha, bahwa ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau yang berada di daerah Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah wahai Umar!” Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata : “Amma bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati.

Allah telah berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)

Ibnu Abbas radhiyallahu`anhuma berkata : “demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”

Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata : bahwa Umar ketika itu berkata : “Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi memang sudah meninggal.”

Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata : “maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah” mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!” maka Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar. Dalam hal ini Umar berkata : “Demi Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya” Kemudian Abu Bakar bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau berkata : “Kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri.” Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu Bakar menjawab : “Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”Maka Umar menyela : “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah.” Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)

Menurut `ulama ahli sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata : “sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata : “tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka. 

Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. beliau memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu (telah datang)!”

Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata : “wahai ayahku, janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah
dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.

Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar : “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata : “wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata : “Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.

Wafatnya

Menurut para `ulama ahli sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah.

Sumber:

• Al-Bidayah wan Nihayah, Masa Khulafa’ur Rasyidin Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir.
• Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi.
• Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah
• Al-Kabaa`ir karya Adz-Dzahabi

Saturday, February 9, 2019

Krisis Akhlak Yang Melanda Anak Anak Kita

Beberapa kali kita sempat mendengar dan melihat kasus pelecehan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa siswa terhadap gurunya diberbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Parahnya, pelecehan tersebut banyak terjadi di lingkungan pendidikan itu sendiri. Lingkungan yang mana setiap kita berharap anak-anak yang kita titipkan disana akan menjadi "orang". Namun bagaikan bertepuk sebelah tangan, harapan tersebut tak benar-benar terjadi seperti yang diinginkan. Sungguh amat disayangkan dalam beberapa kasus lingkungan ini malah jadi ajang pembullyan terhadap guru-guru mereka. Sebut saja kasus yang terjadi di SMK di Kendal pada hari Kamis (8/11/2018). Walaupun Kepala Sekolah tersebut telah mengklarifikasi serta membantah adanya pemukulan dan hanya merupakan guyonan atau candaan siswa kepada gurunya. Kepala Sekolah juga telah memanggil para orangtua dari siswa yang terlibat di video pembullyan tersebut. 

Beberapa siswa SMK di Kendal membully gurunya dengan alasan bercanda
Berikut video klarifikasi Kepala Sekolah SMK NU 3 Kaliwungu Kendal


Dalam kasus ini Menteri Pendidikan, Bapak Muhajir Efendi juga memberikan komentar terkait peristiwa tersebut. Dalam sebuah wawancara, Menteri Pendidikan mengatakan hubungan antara guru dan siswa harus dijaga dengan baik. Bahkan ketika bercanda, Menteri Pendidikan mengatakan bahwa guru jangan sampai kehilangan wibawanya karena guru adalah teladan dan panutan bagi seluruh siswanya. 

Bagai jamur di musim hujan. Kasus-kasus semacamnya terus terjadi seakan tiada solusi yang ditawarkan agar peristiwa pelecehan terhadap guru tidak terjadi lagi. Berikut beberapa kasus yang amat membuat hati kita teriris-iris:

1. Guru yang dibunuh oleh siswanya lantaran tidak terima pipinya dicoret tinta saat ia tertidur di kelas. Kejadian ini terjadi di SMA Negeri Torjun 1, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. 

Seorang guru musik yang dibunuh oleh siswanya
2. Siswa SMP menantang Kepala Sekolahnya berkelahi.   

Tidak tahu masalah apa yang terjadi, namun siswa ini terus menantang
Kepala Sekolahnya sendiri untuk berkelahi
3. Seorang bocah SD memaki dan memukul gurunya. Siswa ini diajak oleh gurunya ke ruang guru untuk dinasehati. Bukannya menurut, sang bocah malah memukul gurunya dan menyebut gurunya sendiri dengan "monyet"

sang bocah terus memukul dan memaki gurunya
4. Foto siswi SMP yang berpose seolah-olah mengajak gurunya berkelahi. 


Sumber: 

Peristiwa-peristiwa yang menyayat hati diatas mengundang mantan Ketua MK, Prof. mahfud MD untuk berkomentar. Beliau mengatakan, "Orientasi pendidikan kita supaya dikawal betul kearah pendidikan sebagaimana telah tertuang dalam Pasal 31 UUD 1945 bahwa membangun sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara," Menurut pakar hukum tata negara itu, perlunya penguatan akhlak dan budi pekerti untuk membentengi anak-anak generasi muda. Peran orang tua, tokoh masyarakat, dan pondok pesantren, sangat dibutuhkan dalam membangun mentalitas pendidikan sejak dini.

"Banyak anak didik sekarang kurang menghormati kepada orang tua dan guru, ini tantangan bagi kita kedepan, apalagi tergerusnya era globalisasi yang tergelincir dari akar budaya bangsanya, sekarang ini perang proksi saling merusak mental generasi bangsa," ujarnya.

Lantas, Apa sebenarnya masalah yang kita hadapi sehingga siswa-siswa kita menjadi kurang ajar terhadap gurunya sendiri dan bagaimana solusinya? 

Menurut Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah mengatakan bahwa pendidikan itu bukan hanya memberikan ilmu secara mentah-mentah ke anak-anak, melainkan juga mendidik untuk membangun karakter seorang anak menjadi lebih baik. Dia menjelaskan, pendidikan yang dimaksud termasuk saling menghormati antarmanusia.

"Pendidikan itu bukan hanya transfer of knowledge dan transfer of skill, bukan soal gimana kita berikan ilmu ke seseorang. Tapi yang paling penting sesuai dengan UU nasional kita adalah proses di mana kita bangun karakter dan peradaban bangsa. Karakter itu menghormati sesama Indonesia dan menghormati gurunya, gitu," papar Abdul.


Abdul juga meminta pemerintah mengevaluasi sistem mengajar di Indonesia. Dia menyarankan agar pemerintah menekankan tentang pendidikan karakter dan akhlak.

"Karena itu perlu ada kita evaluasi dari sistem pendidikan, di mana kita perlu menekankan aspek karakter dan pembangunan akhlak serta budaya dan peradaban utama," katanya.


Diolah dari berbagai sumber.

Thursday, February 7, 2019

Download Murottal Syeikh Abdullah al-Juhani


Download Murottal 30 Juz dari Syeikh Abdullah al-Juhani Gratis.

Bangkit dan Runtuhnya Suatu Negeri Karena Akhlak

Oleh: Bustami, M.Pd. (Dosen Pendidikan Agama Islam)

Begitu banyak tantangan-tantangan yang kita hadapi saat ini, seperti; orang – orang yang tidak lagi memiliki rasa malu untuk menyampaikan kebohongan (berita HOAX), saling menjatuhkan demi sebuah kedudukan dan perpolitikan, sehingga konsentrasi dalam penjagaan silaturrahmi sesama tidak lagi diperhatikan. Tentu ini merupakan kemerosotan akhlak yang senantiasa terus hadir diantara kita, yang tidak mungkin kita anggap biasa-biasa saja dan memerlukan upaya-upaya untuk menghilangkannya dengan pendekatan-pendekatan yang diajarkan dalam agama Islam.

Akhlak tidaklah seperti  kekayaan materi yang pada titik tertentu kita merasa cukup atau kita bisa menunjukanya kepada orang lain. Tapi akhlak lebih berharga dan lebih bermakna dari sekadar kekayaan di dunia. Islam sebagai agama rahmat dan kelembutan juga menuntut agar setiap pemeluknya memiliki akhlak yang mulia. Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kebaikan seorang muslim itu terdapat pada akhlaknya “ Rasulullah tidak pernah berbuat keji dan tidak pula menyuruh berbuat keji, sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia ahlaknya”.

Akhlak merupakan dimensi yang begitu penting terhadap diri/individu seseorang bahkan umat beragama, berbangsa dan bernegara. Ketika pemimpin suatu negeri buruk akhlaknya bisa dipastikan rakyatnya ikutan menjadi buruk, Rasulullah telah mencontohkan bagaimana sebuah negara dibangun dari memperbaiki akhlak, bukan tidak mungkin apabila kita memulai dari diri kita, keluarga kita sendiri, orang-orang akan mengikuti perangai ini.

Sejenak mari kita melihat kebelakang sejarah umat ini, ketika akhlak mulia menjadi tumpuan utama dan dipegang erat kejayaan akan didapatkan dengan mudah. Sebagaimana yang dialami pada masa  kepemimpinan sahabat-sahabat mulia seperti; Abu bakar Ash Shiddiq, Umar Ibnul Khatab, Utsman Bin Affan, dan Ali Ibnu Thalib Radhiallahu anhum. Kemenangan demi kemenagan diraih kaum muslimin, wilayah dan kekuasaan pun semakin meluas dari ujung timur hingga ujung barat. Kemudian kepemimpinan ini dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin berahlak mulia seperti; Umar Bin Abdul Aziz, Harrun Ar Rasyid dan lain-lain.

Setelah era tersebut , kaum muslimin mulai disibukkan dengan urusannya masing-masing, perselisihan dan perpecahan mulai terjadi, maka hilanglah kekuatan mereka. Sedikit demi sedikit hingga wilayah kekuasaan kaum muslimin semakin sempit. Pada akhir kekhilafaan dinasti Abasyiah, mereka dikuasai oleh bangsa Tartar dan Andalusia, kemudian imperium itu jatuh setelah rakyat dan para pemimpinnya rusak akhlaknya dan memperturutkan hawa nafsu mereka terhadap dunia, tentu ini semua merupakan ancaman yang 1400 tahun yang lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan ‘’Tiga perkara yang membinaskan adalah, pelit, memperturutkan hawa nafsu, dan bangga terhadap diri sendiri” (HR Muslim).

Akhlak Alkarimah bukan hanya terbatas untuk kaum muslimin saja, tapi berlaku untuk semua umat. Bangsa Romawi tidaklah runtuh kecuali karena moral dan kelakuan mereka rusak. Runtuhnya Uni Soviet karena morat-maritnya akhlak dan begitu besar ambisi terhadap materi duniawi. Tidak dipungkiri, rusaknya moral dan rendahnya nilai keadilan serta kemanusiaan di negara-negara barat menjadi indikasi akan runtuhnya hegemoni mereka sebentar lagi.

Rasulullah membina para sahabat dengan akhlak. Agama Islam bisa diterima dikalangan masyarakat jahiliyah tak lain kerena kelembutan akhlak beliau, tidak ada yang beliau andalkan kecuali sifat beliau yang lembut, jujur dan penuh kesopanan. Beliau pernah menjadi penengah suku Aus dan Khazraj di Madinah. Allah menjadikan umat ini mulia bukan hanya karena keimanan dan ketaatan mereka, akan tetapi karena akhlak dan kelembutan yang dimiliki oleh tiap-tiap pemeluknya, Sebagaimana yang Allah katakan “kalian adalah sebaik-baik umat yang Allah jadikan diantara umat lainnya. Kalian menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar” Ma’ruf bermakna setiap perilaku baik, adapun Mungkar adalah segala bentuk perilaku yang buruk, sehingga akhlak adalah pondasi kokoh tiap muslim seharusnya yang dimiliki.

Bagi kita sebagai umat yang berharap maghfirah dan ampunannya, hendaklah selalu menjaga dan memperhatikan akhlak kita. Semoga dengan itu semua kemenangan dan kejayaan yang sudah lama kita nantikan akan segera datang. Jangan sampai kita lengah sehingga kita tidak beramal soleh dan berakhlak karima. Sebab hal yang kita anggap remeh, disitu ada kebaikan yang merupakan akhlak muslim yang agung, sebagaimana apa yang katakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam "senyummu untuk saudaramu itu sedekah". Kamu mengajak kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk itu sedekah. Kamu menunjukan jalan pada orang yang tersesat itu sedekah, kamu menuntun orang buta agar sampai pada tujuannya itu sedekah, kamu menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan adalah sedekah, kamu menumpahkan air dari embermu ke ember saudramu itu juga sedekah bagimu.”

Wallahu a'lam….(Pontianak 4, februari 2019 :Bustami)

Wednesday, February 6, 2019

Ust. Adi Hidayat, Lc., MA. │Mendidik Anak Secara Islami

Video kajian Ust. Adi Hidyat, Lc.,MA. dengan tema Mendidik Anak Secara Islami. Selamat menyaksikan.



Pendidikan Agama dalam Keluarga

Oleh : Bustami, M.Pd. (Dosen Pendidikan Agama Islam)

Dalam Islam penyemaian dan penanaman benih rasa beragama dimulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan doa kepada Allah Ta’ala sampai kepada pengharapan, agar janinnya kelak lahir dan dan tumbuh menjadi anak yang shaleh/ shalihah.

Begitu anak lahir, dibisikkan ketelinganya kalimat adzan dan iqamah, dengan harapan kalimat-kalimat thayyibah merupakan kalimat pertama yang diterimanya, kemudian seruan adzan berulang kali di dengarnya setiap waktu shalat tiba. Kata-kata thayyibah dan kata-kata  lainnya yang berisikan jiwa agama, akan sering didengar oleh ananda melalui orang tuanya terutama ibunya, waktu disusukan, dimandikan, ditidurkan dan diganti pakaian oleh ibunya. Ia mendengar kalimat thayyibah ketika sedang memperoleh kebutuhan pokoknya, tentunya pengalaman seperti ini akan ia dapatkan secara terus menerus disetiap harinya sehingga pengalaman ini juga akan memberikan dampak positif yang menyuburkan rasa agama didalam jiwa anak dan akan tetap hidup didalam jiwanya. Jika ia melihat bapak/ibunya shalat, ia pun menyerap apa yang dilihatnya itu, lebih-lebih lagi jika disertai dengan kata-kata yang bernafaskan agama.

Setelah ananda dapat berjalan pada umur setahun bahkan lebih, barangkali anak akan mulai meniru ibu dan bapaknya shalat, berdoa dan mengucapkan kata-kata yang ditirunya. Segera pula bagi ibu yang mengerti untuk membuatkannya mukena (sarung kecil untuk anak perempuan), sarung dan peci untuk anak laki-laki. Ananda pun ikut shalat berjamaah sesuai dengan kemampuannya. Kegembiraan akan terpancar dari raut wajah ananda, apabila ia ikut sahalat bersama ibu dan bapaknya dengan memakai pakaian shalat yang dibuatkan oleh ibunya. Ia pun diajak pergi ke masjid oleh orang tuanya dan duduk  pada shaf bersama orang tuanya. Pengalaman itu semua merupakan pendidikan agama yang paling mendasar dalam jiwa ananda.

Agama bukan hanya ibadah saja. Agama mengatur seluruh aspek kehidupan. Semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, disamping latihan dan pembiasaan tentang agama perlu dilaksanakan sejak anak masih kecil, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan pembiasaan keagamaan waktu kecilnya, ia akan besar acuh tak acuh terhadap agama bahkan anti terhadap agama.

Fitrah kebertuhanan telah ada sejak anak berada di dalam kandungan, ketika anak sudah lahir ke dunia, fitrah tersebut semakin kuat dan anak pun semakin tahu tentang Tuhan melalui ucapan orang tuanya dan akan dibawanya sampai ia dewasa. Oleh karena itu orang tua harus hati-hati menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan atau pokok-pokok keimanan lainya, jika orang tua salah menjawab atau menjelaskannya, maka konsep agama yang salah itu akan tumbuh dan berkembang dalam jiwa anak nantinya.

Dalam memperkenalkan sifat-sifat Allah Ta’ala kepada anak hendaklah didahulukan sifat-sifat Allah yang mendekatkan hatinya kepada Allah, misalnya Maha Penyayang, Maha Pengasih, Maha Pemurah, Maha Adil dan sebagainya pada umur anak yang belum mencapai 12 tahun.

Perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya, akan mempengaruhi keyakinan keberagamaannya dikemudian hari. Apabila ia merasa disayang dan diperlakukan adil maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika yang terjadi sebaliknya, maka ia akan menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin ia tidak akan mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, anti terhadap agama bahkan sampai kepada penolakan terhadap agama.

Tidak semua orang tua terutama ibu, mampu mengajarkan dan memahamkan agama kepada anak-anaknya. Tugas pemberian pelajaran dan pengetahuan tentang agama yang lebih luas dan beragam adalah guru agama disekolahnya. Tetapi, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan agama pada anak disekolah bukan hanya guru agama. Guru lainnya atau pegawai yang ada hubungannya dengan anak, akan memberikan pengaruh kepada anak. Begitu juga iklim yang terdapat disekolah. Semakin kecil umur si anak, semakin besar pengaruh guru terhadap anak.

Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa kemudahan hidup, baik handphone canggih yang terkoneksi dengaan jaringan internet sehingga bisa menjadi tontonan maupun televisi yang merambah masuk kerumah-rumah diseluruh plosok tanah air mulai dari kota sampai ke desa, maka apapun yang ditayangkan oleh alat-alat canggih tersebut dapat disaksikan oleh anak-anak yang masih dibawah umur bahkan kadang-kadang bayi pun ikut menyaksikannya. Sungguh besar pengaruh kecanggihan teknologi tersebut dalam pembentukan keperibadian anak. Si anak akan menyerap apa yang disaksikannya lewat layar kaca yang ada dirumahnya, matanya melihat dan menangkap apa yang ditayangkan dan telinganya mendengar sekaligus menyerap apa yang diucapkan oleh pemeran-pemeran dalam tontonan tersebut. Semuanya itu akan terserap oleh anak dan menjadi unsur-unsur di dalam pribadinya yang sedang dalam proses pertumbuhan, dalam hal ini orang tua harus bijak, dan mampu menyaring, mengawasi, dan mengontrol mana yang bisa memberikan pengaruh positif dan mana yang dapat memberikan pengaruh negatif bagi Si Anak.

Semoga kita semua sebagai orang tua saat ini benar-benar dalam memberikan pendidikan keagamaan kepada anak, jika kita salah dalam mendidiknya, maka bahayanya tidak menimpa ia saja, akan tetapi akan mengenai banyak orang, masyarakat bahkan akan berpengaruh terhadap generasi berikutnya. 

Wallahu a'lam.

Pontianak, 20 Januari 2019 (Bustami)


Tuesday, February 5, 2019

Saturday, February 2, 2019

Serunya Outing Class (Day 2)

SDIT Darul Ihsan melaksanakan Outing Class hari kedua pada hari Rabu tanggal 30 Januari 2019. Pada hari kedua ini, siswa yang berangkat adalah siswa dari kelas 4 hingga kelas 6. Kali ini dua bis  Dinas Perhubungan Kota Pontianak telah disiapkan untuk memberangkatkan mereka semua. Perjalanan pun dimulai. Tempat pertama yang dikunjungi ialah Taman Alun Kapuas. Udara pagi yang segar serta cuaca yang tidak terlalu panas (karena mendung) menambah semangat anak-anak untuk memulai kegiatan pada hari itu. Karena masih sangat pagi, siswa SDIT Darul Ihsan memulai kegiatan dengan pemanasan dan senam kecil. 

siswi akhwat melakukan pemanasan

ini bukan dihukum ya, tapi lagi pemanasan. hehe..

Selain pemanasan jasmani, siswa SDIT Darul Ihsan juga memulai hari dengan pemanasan ruhani alias murojo'ah ayat-ayat suci al-Qur'an.

para siswa sedang murojo'ah bersama Ust. Rahman 

Setelah pemanasan baik jasmani dan ruhani selesai, siswa SDIT Darul Ihsan kemudian melanjutkan perjalanan dengan mengelilingi Taman Alun Kapuas sambil merenungi dan memperhatikan keadaan sekitar. Yuk langsuang aja kita lihat foto-foto kegiatannya. 


salah satu cara mengikat ilmu adalah dengan menulis
melihat kesibukan warga Pontianak dari tepi sungai kapuas

kelompok ikhwan mengamati keadaan sekitar
setelah cukup lama berkeliling, saatnya istirahat
sambil menikmati pemandangan sekitar
Setelah puas berkeliling di Taman Alun Kapuas Kota Pontianak, saatnya melanjutkan perjalanan menuju UPTD Pusat IPTEK dan Bahasa Kota Pontianak yang berada di Gedung Pontianak Convention Center. Seperti hari kemarin siswa SDIT Darul Ihsan akan mengenal sains lebih dekat dan lebih menarik. Yuk kita lihat ngapain aja mereka. 

seorang siswa mencoba mendirkan 14 paku diatas 1 paku

Wah.. bisa berdiri semua di atas 1 paku. Kok bisa ya??
siswi akhwat sedang menonton bagaimana proses terjadinya Tsunami

Bola Bumi yang melayang 

Seorang siswa mencoba membuat gelombang Tsunami

beberapa siswi mengamati air yang dapat ditembakkan
dengan alat kompressor

Serunya Outing Class!!

Penyerahan Piagam dari UPTD Pusat IPTEK dan Bahasa Kota Pontianak
kepada Kepala SDIT Darul Ihsan, Ust. Uqbah
Kegiatan Outing Class hari ini pun diakhiri dengan penyerahan bingkisan dan piagam penghargaan dari SDIT Darul Ihsan kepada pihak UPTD Pusat IPTEK dan Bahasa Kota Pontianak. Terima kasih banyak kami sampaikan telah bersedia menerima kami sebagai tamu disana. Semoga di kesempatan lain dapat berada disini kembali.